Nyantai Sambil Duduk Dipantai
duduk dibawah atap saung di pinggir pantai sambil membaca cerita santai,lucu,kocak,dongeng sambil menyeruput es kelapa muda
Rabu, 27 Maret 2013
Celana Dalam wanita
Tentu sobat sudah mafhum kalau barang yang satu ini bisa membuat kaum lelaki normal sedikit tergugah bahkan lebih,apalagi jika ia nya dikenakan oleh wanita yang menurut kriteria kita menarik dan sedikit banyak terlihat oleh pandangan kita tentunya hal ini menimbulkan sensasi yang berbeda pada setiap kaum lelaki.Tentunya kita mesti menahan diri untuk tidak berlama-lama memandangnya sebab....nanti kita bisa di cap mata keranjang deh....hehehe....
Minggu, 10 Maret 2013
Ratna Sarumpaet Serukan Aksi Damai Tuntut SBY Mundur
- Senin, 11 Maret 2013
Warta Kota/Umar Widodo
Dibaca :
649 kali Komentar:
0
Kampung Melayu, Wartakotalive.com
Pekerja seni sekaligus aktivis Ratna Sarumpaet selaku Ketua Presidium Nasional Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) di Jakarta, Minggu (10/3/2013) sore menyerukan kepada seluruh anggota MKRI di seluruh Indonesia untuk menyusun barisan turun ke jalan untuk melakukan aksi damai di wilayah masing-masing mulai 25 Maret 2013.
Seruan untuk melakukan aksi damai dan serentak itu dia sampaikan untuk menuntut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono mundur dari jabatannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Berbagai peristiwa yang diikuti kegagalan negara dalam menangani masalah akhir-akhir ini layak menjadi alasan untuk menuntut keduanya mundur.
"Demi cinta kita pada Negeri ini, pada tiap jiwa Rakyatnya dan pada tiap jengkal tanahnya, saya selaku Ketua Presidium Nasional Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia menyerukan pada seluruh MKRI daerah/kabupaten kota di seluruh Indonesia agar pada 25 Maret 2013 melakukan aksi damai bersama rakyat di wilayah masing-masing, serempak, bersama-sama dan terus menerus," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Wartakotalive.com, Minggu (10/3/2013).
Ratna mengemukakan data tentang kebocoran yang terjadi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama pemerintahan SBY yang mencapai Rp 250 triliun per tahun.
Jika terjadi kebocoran maka uang senilai tersebut dapat digunakan untuk memulangkan para buruh migran alias TKI yang hidup dalam kondisi rawan kekerasan dan membuka lapangan kerja bagi mereka.
"Kalikan saja kalau itu terus menerus terjadi setiap tahunnya. Andaikan uang itu dipakai untuk memulangkan dan membuka lapangan keja bagi TKI di tanah airnya," ujar Ratna.
"Pemerintahan SBY, mendorong kita ke puncak ketidak percayaan pada Negara dan mengkharusan Rakyat merapatkan barisan mengatasinya," ucapnya.
Editor : Lucky Oktaviano
Senin, 04 Maret 2013
Cowok Idaman
Seorang wanita baru saja berkenalan dengan pria perlente di perjalanan,dan mereka terlibat pembicaraan yang mulai menjurus.
Cewek : Mas kerja dimana?
Cowok : Saya cuma usaha hotel bintang 4 dan 5 di Jakarta dan Bali...
Cewek : (WOW,pasti konglomerat!)...Mas tinggal dimana?
Cowok : Pondok Indah Bukit Golf
Cewek : (Wahh..kereeen itukan perumahan elite!)..Pasti gede yah rumahnya?
Cowok : Nggak akhh biasa aja...cuma 3000m2
Cewek : (Busyeetth..)Pasti mobilnya banyak ya mas?
Cowok : Sedikit kok...cuma ada BMW,Mercedes,Ferrari sama Jaguar..
Cewek : (Anjirrr...cowok idaman gw nich..!)Mas sudah punya istri belum?
Cowok : Hmm...sampai saat ini belum tuh..!!
Cewek : (Enak juga nih klo gw bisa jadi bininya..)Mas merokok?
Cowok : Tidak...kan nggak bagus buat kesehatan tubuh..
Cewek : (Wah sehat nih cowok..)Mas suka minuman keras?
Cowok : Tidak donk
Cewek : (Gilee..cool abisss.!!)Mas suka main judi?
Cowok : Tidak tuh..itukan cuma ngabisin duit aja
Cewek : (Ouhhhh...Soo Sweeetttt..)Mas suka dugem ya?
Cowok : Ohh tidak
Cewek : (Wahh..sholeh nih cowok..!)Mas sudah pergi haji?
Cowok : Yaahh..baru 3x dan umroh cuma 7x aja
Cewek : (Yaa ampuunn...calon surga!!)Hobbinya apa sih mas?
Cowok : BOHONGIN ORANG!!!!!
Cewek : Mas kerja dimana?
Cowok : Saya cuma usaha hotel bintang 4 dan 5 di Jakarta dan Bali...
Cewek : (WOW,pasti konglomerat!)...Mas tinggal dimana?
Cowok : Pondok Indah Bukit Golf
Cewek : (Wahh..kereeen itukan perumahan elite!)..Pasti gede yah rumahnya?
Cowok : Nggak akhh biasa aja...cuma 3000m2
Cewek : (Busyeetth..)Pasti mobilnya banyak ya mas?
Cowok : Sedikit kok...cuma ada BMW,Mercedes,Ferrari sama Jaguar..
Cewek : (Anjirrr...cowok idaman gw nich..!)Mas sudah punya istri belum?
Cowok : Hmm...sampai saat ini belum tuh..!!
Cewek : (Enak juga nih klo gw bisa jadi bininya..)Mas merokok?
Cowok : Tidak...kan nggak bagus buat kesehatan tubuh..
Cewek : (Wah sehat nih cowok..)Mas suka minuman keras?
Cowok : Tidak donk
Cewek : (Gilee..cool abisss.!!)Mas suka main judi?
Cowok : Tidak tuh..itukan cuma ngabisin duit aja
Cewek : (Ouhhhh...Soo Sweeetttt..)Mas suka dugem ya?
Cowok : Ohh tidak
Cewek : (Wahh..sholeh nih cowok..!)Mas sudah pergi haji?
Cowok : Yaahh..baru 3x dan umroh cuma 7x aja
Cewek : (Yaa ampuunn...calon surga!!)Hobbinya apa sih mas?
Cowok : BOHONGIN ORANG!!!!!
3 Orang Pemabuk Dan Kereta Api
3 orang pemabuk tiba di stasiun kereta api beberapa saat sebelum
kereta akan berangkat dalam keadaan sempoyongan.terlihat penumpang yang
lain sudah pada naik tinggal mereka bertiga yang nampak kelihatan
kesulitan untuk naik,melihat hal itu maka kepala stasiun yang baik hati
berusaha menolong dan menaikkan mereka satu persatu.
Pada saatnya kereta pun harus berangkat tanpa sempat menaikkan yang seorang lagi,maka kepala stasiunpun meminta maaf pada orang itu."Maaf tuan saya menyesal tidak sempat menolong anda..."
"Tidak apa-apa Pak.." jawab sang pemabuk "Teman-teman saya akan lebih menyesal lagi,sebetulnya mereka hanya mengantar saya kestasiun!"
Pada saatnya kereta pun harus berangkat tanpa sempat menaikkan yang seorang lagi,maka kepala stasiunpun meminta maaf pada orang itu."Maaf tuan saya menyesal tidak sempat menolong anda..."
"Tidak apa-apa Pak.." jawab sang pemabuk "Teman-teman saya akan lebih menyesal lagi,sebetulnya mereka hanya mengantar saya kestasiun!"
Dunia Mara
Pintu utama rumah tak berpagar itu nampak sedikit menganga.Sebuah
pemandangan tak biasa bagi Mara,gadis dengan mata indah nan
ekspresif,bersorot tegas,memiliki alis tebal yang rapi alami ibarat akan
melenggang pada runway musim seminya Oscar de la Renta.
Jadi tanpa berfikir dua kali,ia datangi pos satpam disamping gerbang cluster kecil itu.Si pak satpam berperut tambun tergesa-gesa menghabiskan sisa mie ayam sebelum ia habis diinterogasi,atau lebih parah lagi,didamprat.
Mara tak mengizinkan itu terjadi.
"Ibu kan lagi pergi,pak.Kok pintu bisa terbuka?"
Ia ingat jelas,sampai kini hanya dirinya dan ibu yang tinggal dirumah mungil dominasi warna abu-abu tersebut.Tidak pernah ada pembantu rumah tangga,tamu,...........
"Tukang pipa katanya, Non.Baru saja datang...."
Apalagi tukang pipa.
Mara meraih benda terdekat disisi bangunan pos satpam,sebuah tongkat besi yang ujungnya patah dan berkarat,tak hanya terkesan tajam namun juga tidak steril..........dan berjalan kearah pintu terbuka itu.
Figur semampai yang belakangan jadi lebih atletis karena rajin diolah di gym membuat beberapa pembantu rumah tangga sebelah yang tengah ngerumpi,melirik iri seraya mengumpat didalam hati.Orang kota selalu punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal nggak penting seperti merawat tubuh demi cantik.
Perasaan Mara berdebar-debar lantaran tahu ada yang tidak beres terjadi dan ia kecolongan......Pak Muji kecolongan......
Rambut Mara yang tidak dikuncir berkibar leluasa saat ia memasuki rumah .
Dua pria berseragam hitam-hitam terperanjat sesaat lalu cepat-cepat mengoreksi mimik mereka.Yang kurus dan bertato daun ganja lebih cepat bereaksi."Eh, ibu.Sudah pulang ?" tuturnya santun,kedua tangannya tanpa berdosa meletakkan MacBook pada ambalan serba putih di foyer.
"Tukang pipa,eh?" Mara yang sepanjang hidupnya terbiasa mengayunkan toya,senjata bela diri tongkat panjang favoritnya,langsung menjulurkan ujung benda berkarat itu kearah si pria kurus .Pria yang lebih pendek,lebih gemuk satunya lagi perlahan mengeluarkan pisau dari saku celananya,yakin calon korbannya pasti tidak memerhatikan langkahnya.
Sebuah tendangan melesat telak kewajahnya.Menurut Mara orang ini seharusnya bersyukur karena hak ankle boots nya tidak terlalu runcing.
"Pak Mujiiiii...!" secepat angin Mara menjulurkan lagi toya-nya hingga melukai lengan kedua orang itu secara bersamaan.
"Panggil orang-orang tongkrongan depan,lalu polisi.SEKARANG!"
Hanya dalam hitungan menit,rumah Mara dipenuhi orang-orang tak dikenal yang menjaga dua maling apes ini.Sebagian besar dari mereka sekedar menonton dan melihat interior rumah dengan pandangan kagum.
Dan kurang dari sejam,reporter TV sudah memaksa Mara menceritakan kronologi perampokan disiang hari yang terik ini.Mara tak menghiraukan sodoran mic kearahnya dan langsung memeriksa kondisi diruang tamu.
Rumahnya dipenuhi kardus,mirip seperti orang akan pindahan.Hanya terdapat sofa,standing lamp minimalis,dan rak buku yang tak sedikitpun buku-bukunya tersentuh,tentu saja perampok takkan berminat terhadap barang satu ini.
Lalu mata Mara menemukan sesuatu yang berkilauan terjepit diantara diantara kardus,ia memungutnya dengan kening mengernyit .Benda ditangannya gemerlap seperti perhiasan..emas..namun bentuknya tidak cukup indah untuk disebut logam mulia itu.Ukurannya hanya sebesar kuku ibu jarinya.Pada permukaannya terdapat goresan ornamen yang membentuk sebuah simbol asing.Seperti bukan dari Indonesia.
Seorang reporter menyerobot masuk.Mara segera mengantongi benda mungil yang ia yakini bukan perhiasan milik ibunya.
"pak saya sedang terburu-buru .Harus kekampus lagi saat ini juga."
sireporter sibuk mengulur kabel mic,tak acuh terhadap apapun kecuali berita yang harus dikoreknya dari gadis ini."sebentar ya Mbak,saya tarik ini dulu.Kamera,siap?"ia berpaling kepetugas pembawa kamera.
"saya yang tidak siap,Pak." Mara sedikit membentak namun tidak digubris.
"Sebentar saja.Saya butuh wawancara ini dan Mbak bisa masuk TV." Si reporter tidak menyadari sikapnya yang tidak patut.Ia lebih takut pada bentakan si bos apabila beritanya tak mampu mendongkrak rating.
"What? Anda butuh berita,tapi saya butuh lulus!" Mara lalu geleng-geleng kepala,gemas.Masuk TV? Itu hal terakhir yang ia butuhkan saat ini.Sialnya wajah ibu malah hadir dikalbunya lengkap dengan wejangan "Mara,jangan lupa bantu orang lain,ya.Kepentingan kita pasti tidak seberapa dobanding kepentingannya yang mendesak."
Mendesak? Bagaimana ia tahu itu mendesak atau tidak?! batin Mara,seolah-olah ingin menghalaunya.Sebuah nafas panjang terdengar halus.
"Sepuluh menit paling lama.Kalau saya sampai nggak lulus presentasi Kerja Praktek ini...."
"Sip! terima kasih, Non.Memang beda ya perempuan baik-baik itu.
Kedua alis Mara terpicing heran.Oh,jadi kini ia adalah si perempuan baik-baik karena mengabulkan permintaan si pencari berita yang walau berpenampilan rapi tapi nampak kurang tidur,seperti dirinya.I sure hope we never meet again,batinnya.
Bagaimana pendapat Mbak tentang kejahatan masa kini yang semakin berani? Apakah Mbak trauma?Apakah Mbak memang sudah membekali diri dengan ilmu bela diri hingga dapat membekuk mereka seorang diri?"
Ilmu bela diri.Ah,Mara akan selalu berterima kasih kepada mendiang Pakde yang selalu meluangkan waktu untuk menjadikan bela diri sebagai nafas keduanya.
Jadi tanpa berfikir dua kali,ia datangi pos satpam disamping gerbang cluster kecil itu.Si pak satpam berperut tambun tergesa-gesa menghabiskan sisa mie ayam sebelum ia habis diinterogasi,atau lebih parah lagi,didamprat.
Mara tak mengizinkan itu terjadi.
"Ibu kan lagi pergi,pak.Kok pintu bisa terbuka?"
Ia ingat jelas,sampai kini hanya dirinya dan ibu yang tinggal dirumah mungil dominasi warna abu-abu tersebut.Tidak pernah ada pembantu rumah tangga,tamu,...........
"Tukang pipa katanya, Non.Baru saja datang...."
Apalagi tukang pipa.
Mara meraih benda terdekat disisi bangunan pos satpam,sebuah tongkat besi yang ujungnya patah dan berkarat,tak hanya terkesan tajam namun juga tidak steril..........dan berjalan kearah pintu terbuka itu.
Figur semampai yang belakangan jadi lebih atletis karena rajin diolah di gym membuat beberapa pembantu rumah tangga sebelah yang tengah ngerumpi,melirik iri seraya mengumpat didalam hati.Orang kota selalu punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal nggak penting seperti merawat tubuh demi cantik.
Perasaan Mara berdebar-debar lantaran tahu ada yang tidak beres terjadi dan ia kecolongan......Pak Muji kecolongan......
Rambut Mara yang tidak dikuncir berkibar leluasa saat ia memasuki rumah .
Dua pria berseragam hitam-hitam terperanjat sesaat lalu cepat-cepat mengoreksi mimik mereka.Yang kurus dan bertato daun ganja lebih cepat bereaksi."Eh, ibu.Sudah pulang ?" tuturnya santun,kedua tangannya tanpa berdosa meletakkan MacBook pada ambalan serba putih di foyer.
"Tukang pipa,eh?" Mara yang sepanjang hidupnya terbiasa mengayunkan toya,senjata bela diri tongkat panjang favoritnya,langsung menjulurkan ujung benda berkarat itu kearah si pria kurus .Pria yang lebih pendek,lebih gemuk satunya lagi perlahan mengeluarkan pisau dari saku celananya,yakin calon korbannya pasti tidak memerhatikan langkahnya.
Sebuah tendangan melesat telak kewajahnya.Menurut Mara orang ini seharusnya bersyukur karena hak ankle boots nya tidak terlalu runcing.
"Pak Mujiiiii...!" secepat angin Mara menjulurkan lagi toya-nya hingga melukai lengan kedua orang itu secara bersamaan.
"Panggil orang-orang tongkrongan depan,lalu polisi.SEKARANG!"
Hanya dalam hitungan menit,rumah Mara dipenuhi orang-orang tak dikenal yang menjaga dua maling apes ini.Sebagian besar dari mereka sekedar menonton dan melihat interior rumah dengan pandangan kagum.
Dan kurang dari sejam,reporter TV sudah memaksa Mara menceritakan kronologi perampokan disiang hari yang terik ini.Mara tak menghiraukan sodoran mic kearahnya dan langsung memeriksa kondisi diruang tamu.
Rumahnya dipenuhi kardus,mirip seperti orang akan pindahan.Hanya terdapat sofa,standing lamp minimalis,dan rak buku yang tak sedikitpun buku-bukunya tersentuh,tentu saja perampok takkan berminat terhadap barang satu ini.
Lalu mata Mara menemukan sesuatu yang berkilauan terjepit diantara diantara kardus,ia memungutnya dengan kening mengernyit .Benda ditangannya gemerlap seperti perhiasan..emas..namun bentuknya tidak cukup indah untuk disebut logam mulia itu.Ukurannya hanya sebesar kuku ibu jarinya.Pada permukaannya terdapat goresan ornamen yang membentuk sebuah simbol asing.Seperti bukan dari Indonesia.
Seorang reporter menyerobot masuk.Mara segera mengantongi benda mungil yang ia yakini bukan perhiasan milik ibunya.
"pak saya sedang terburu-buru .Harus kekampus lagi saat ini juga."
sireporter sibuk mengulur kabel mic,tak acuh terhadap apapun kecuali berita yang harus dikoreknya dari gadis ini."sebentar ya Mbak,saya tarik ini dulu.Kamera,siap?"ia berpaling kepetugas pembawa kamera.
"saya yang tidak siap,Pak." Mara sedikit membentak namun tidak digubris.
"Sebentar saja.Saya butuh wawancara ini dan Mbak bisa masuk TV." Si reporter tidak menyadari sikapnya yang tidak patut.Ia lebih takut pada bentakan si bos apabila beritanya tak mampu mendongkrak rating.
"What? Anda butuh berita,tapi saya butuh lulus!" Mara lalu geleng-geleng kepala,gemas.Masuk TV? Itu hal terakhir yang ia butuhkan saat ini.Sialnya wajah ibu malah hadir dikalbunya lengkap dengan wejangan "Mara,jangan lupa bantu orang lain,ya.Kepentingan kita pasti tidak seberapa dobanding kepentingannya yang mendesak."
Mendesak? Bagaimana ia tahu itu mendesak atau tidak?! batin Mara,seolah-olah ingin menghalaunya.Sebuah nafas panjang terdengar halus.
"Sepuluh menit paling lama.Kalau saya sampai nggak lulus presentasi Kerja Praktek ini...."
"Sip! terima kasih, Non.Memang beda ya perempuan baik-baik itu.
Kedua alis Mara terpicing heran.Oh,jadi kini ia adalah si perempuan baik-baik karena mengabulkan permintaan si pencari berita yang walau berpenampilan rapi tapi nampak kurang tidur,seperti dirinya.I sure hope we never meet again,batinnya.
Bagaimana pendapat Mbak tentang kejahatan masa kini yang semakin berani? Apakah Mbak trauma?Apakah Mbak memang sudah membekali diri dengan ilmu bela diri hingga dapat membekuk mereka seorang diri?"
Ilmu bela diri.Ah,Mara akan selalu berterima kasih kepada mendiang Pakde yang selalu meluangkan waktu untuk menjadikan bela diri sebagai nafas keduanya.
Langganan:
Postingan (Atom)